Rabu, 12 Juni 2013

abang tukang bakso mari-mari sini



Hadiah terindah yang pernah saya berikan untuk diri sendiri adalah dengan tetap memiliki akal sehat, berusaha tak dangkal dan punya makna dalam hidup ini. saya menghadiahi diri sendiri untuk terus berkembang dan belajar.

kadang saya masih suka kangen main ke kampus. nostalgia. mengingat-ingat masa-masa pernah muda, merdeka (merdeka-nya masih, mudanya sudah enggak) dan silly. keinginan untuk mampir main ke kampus sering enggak kejadian. sudah diniatkan tapi enggak jadi, begitu terus.

ada satu spot favorit di seputaran kampus tempat saya dan kawan dekat sering menghabiskan waktu. pada saat saya kuliah, di sepanjang area parkir stc senayan penuh dengan pedagang makanan dengan gerobak. ada bakso yang jadi favorit saya di sana. gerobak itu diberi tulisan bakso wiro. di tahun 2010 harga seporsi-nya sepuluh ribu rupiah. 

aduuhh waktu mengetikkan tulisan ini saya jadi ngecess..laper teringat kuah kaldu yang mengepul-ngepul dan bakso panas yang enak itu, leleh dan legit. wiro jualan hingga pukul 2 pagi, ngabisin dagangan. kalau saya dan teman-teman masih begadangan malam-malam, maka makanan pinggir jalan yang kami pilih ya bakso wiro ini. anget dan murah.  orang rumah juga suka minta titip dibelikan bakso ini setiap saya sempat. 

suatu hari enggak tertahankan lagi pengen makan bakso wiro dan berangkat lah saya ke kampus untuk ngicipin lagi panganan yang saya suka sambil mengingat-ingat dengan siapa saya pernah makan bakso di sana. kenangan berhamburan. ternyata saya enggak beruntung, hari itu gak ad gerobak bakso yang setiap detailnya saya ingat akrab. pulanglah saya dengan kecewa.



beberapa hari setelahnya saya kebetulan pulang ke rumah melewati bekas SD saya dahulu di jalan haji nawi. ambil jalan potong menuju rumah ketemu satu spot tukang bakso tanpa gerobak. terbeli jugalah bakso itu. harganya sepuluh ribu di tahun 2013 karena ada di perkampungan yang penuh tempat kost-kostan dan kontrakan. sampai rumah saya terkaget-kaget. ini bener-bener bakso yang saya inginkan. seperti ingatan saya tentang bakso wiro. bakso pingpong-nya besar dengan isian cacahan urat dan daging, pecah di mulut rasanya.

sebenernya sih bakso di mana-mana sama, saya aja yang sok romantis. tapi beneran bisa nemuin bakso yang rasanya super duper mirip dengan ingatan terakhir kali ketika saya makan bakso wiro itu bikin hari saya cerah. *lebaaii..*

untuk melengkapi makan kali itu saya tambahkan poached egg. putih telurnya lembut dan kenyal, sementara kuning telurnya masih runny..enak bangetttt....
 


 until then, berkah dalem

Tidak ada komentar:

Posting Komentar