Hadiah terindah yang
pernah saya berikan untuk diri sendiri adalah dengan tetap memiliki akal sehat,
berusaha tak dangkal dan punya makna dalam hidup ini. saya menghadiahi diri
sendiri untuk terus berkembang dan belajar.
kadang saya masih
suka kangen main ke kampus. nostalgia. mengingat-ingat masa-masa pernah muda,
merdeka (merdeka-nya masih, mudanya sudah enggak) dan silly. keinginan untuk
mampir main ke kampus sering enggak kejadian. sudah diniatkan tapi enggak jadi,
begitu terus.
ada satu spot favorit
di seputaran kampus tempat saya dan kawan dekat sering menghabiskan waktu. pada
saat saya kuliah, di sepanjang area parkir stc senayan penuh dengan pedagang
makanan dengan gerobak. ada bakso yang jadi favorit saya di sana. gerobak itu
diberi tulisan bakso wiro. di tahun 2010 harga seporsi-nya sepuluh ribu rupiah.
aduuhh waktu
mengetikkan tulisan ini saya jadi ngecess..laper teringat kuah kaldu yang
mengepul-ngepul dan bakso panas yang enak itu, leleh dan legit. wiro jualan
hingga pukul 2 pagi, ngabisin dagangan. kalau saya dan teman-teman masih
begadangan malam-malam, maka makanan pinggir jalan yang kami pilih ya bakso
wiro ini. anget dan murah. orang rumah
juga suka minta titip dibelikan bakso ini setiap saya sempat.
suatu hari enggak
tertahankan lagi pengen makan bakso wiro dan berangkat lah saya ke kampus untuk
ngicipin lagi panganan yang saya suka sambil mengingat-ingat dengan siapa saya
pernah makan bakso di sana. kenangan berhamburan. ternyata saya enggak
beruntung, hari itu gak ad gerobak bakso yang setiap detailnya saya ingat
akrab. pulanglah saya dengan kecewa.
beberapa hari
setelahnya saya kebetulan pulang ke rumah melewati bekas SD saya dahulu di
jalan haji nawi. ambil jalan potong menuju rumah ketemu satu spot tukang bakso
tanpa gerobak. terbeli jugalah bakso itu. harganya sepuluh ribu di tahun 2013
karena ada di perkampungan yang penuh tempat kost-kostan dan kontrakan. sampai
rumah saya terkaget-kaget. ini bener-bener bakso yang saya inginkan. seperti
ingatan saya tentang bakso wiro. bakso pingpong-nya besar dengan isian cacahan
urat dan daging, pecah di mulut rasanya.
sebenernya sih bakso
di mana-mana sama, saya aja yang sok romantis. tapi beneran bisa nemuin bakso
yang rasanya super duper mirip dengan ingatan terakhir kali ketika saya makan bakso
wiro itu bikin hari saya cerah. *lebaaii..*
untuk melengkapi
makan kali itu saya tambahkan poached egg. putih telurnya lembut dan kenyal,
sementara kuning telurnya masih runny..enak bangetttt....
until then, berkah dalem
Tidak ada komentar:
Posting Komentar